Hati-hati Mengajar dengan Hati

Selasa, 30 November 2021 23:22 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Kebersamaan kita dengan cinta
Iklan

"Kehidupan ini seperti naik sepeda. Kamu membutuhkan keseimbangan agar bisa meluncur dengan kencang dan penuh antusias."

Guru adalah sosok yang harus bisa “ digugu lan di tiru” artinya adalah seorang guru harus bisa dipercaya dan menjadi contoh teladan bagi anak – anak yang diajarnya. Sebenarnya pekerjaan guru itu sangat berat karena guru bukan manusia sempurna yang segala tindak tanduknya baik. Guru juga manusia biasa yang punya hati yang luar biasa untuk mampu mendidik dan mengajar anak  - anak yang telah dipercayakan orang tua mereka kepada guru. Bahkan saya tidak asing dengan kalimat orang tua bahwa tugas mengajari anak adalah tugas guru, sedangkan tugas orang tua adalah mencari nafkah untuk anak – anaknya. Sangat miris kalau pendidikan hanya dilihat dari seberapa tinggi nilai mata pelajaran yang telah diperoleh tanpa melihat bahwa ukuran sukses seseorang tidak hanya dilihat dari seberapa besar prestasinya, tapi bagaimana seseorang tersebut dapat mengatasi masalah hidupnya, dapat berinteraksi dengan masyarakat dan mempunyai empati dan bisa menghargai seseorang itu juga merupakan kunci kesuksesan. Sehingga tidak heran jika sekarang kita banyak menjumpai anak – anak yang menghalalkan segala cara demi sebuah nilai ulangan yang baik, atau anak yang bermusuhan karena persaingan prestasi atau juga anak yang tidak mempunyai empati terhadap teman dan yang lebih parah bahwa anak tidak menghormati orang tuanya. Apakah hal ini merupakan kesalahan orang tua, guru, sekolah atau lebih jauh lagi kesalahan kurikulum kita? Inilah dilema yang seorang guru hadapi untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.

Mengajar dengan hati mungkin gampang untuk dilontarkan atau diucapkan tapi tidak mudah untuk bisa dipraktekkan. Mengajar dengan hati mungkin mudah dituliskan tapi tidak dilaksanakan. Guru harus belajar juga untuk mengelola hati dan mungkin nanti akan terbit sinetron suara hati guru yang yang akan kejar tayang. Mengajar sebetulnya bukan hanya mengejar materi pelajaran yang harus tersampaikan akan tetapi pada proses mengajar terdapat juga proses mendidik. Dua hal antara mengajar dan mendidik tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar dan mengajar. Mengajar bukan hanya sebatas guru mengajar siswa akan tetapi siswa juga mengajar guru dalam banyak hal misalnya mengajar untuk mengelola emosi, mengajar kesabaran, mengajar bagaimana memenangkan hati seorang siswa.  Sangat bahagia apabila kita bisa memenangkan hati seorang siswa, karena keberhasilan seoprang guru itu bukan mengajar siswa yang memang mempunyai bekal akademik yang cukup akan tetapi adalah bisa memenangkan dan menenangkan hati siswa yang gundah gulana karena dia tidak mampu menguasai materi yang harus dipelajarinya. Mengajar dengan hati juga harus hati – hati karena kadang apa yang dikatakan oleh hati kita benar belum tentu diterima juga dengan benar oleh siswa kita. Seperti jika terdapat siswa ”nakal atau bandel maupun lambat belajar” kita perlu menggunakan hati seperti bermain layang – layang. Apabila siswa tersebut keras dengan egonya kita perlu menyadari bahwa apabila kita juga keras dengan siswa tersebut maka  akan hilang atau putus komunikasi dan kepercayaan siswa tersebut dengan kita bahkan mungkin akan menimbulkan sakit hati atau perasaan terluka seperti layang – layang yang putus benangnya. Satu siswa dengan siswa yang lain akan berbeda perlakuannya. Maka dari itu kita harus hati – hati dalam mengajar dengan hati agar siswa kita menjadi pribadi yang tangguh dan siap menghadapi segala tantangan masa depan. Disatu sisi mengajar dengan hati juga perlu hati yang besar dan tidak “Baperan” karena bisa jadi siswa mengidolakan salah seorang guru dan siswa tersebut bercerita jujur dengan kita akhirnya kita merasa seolah kita jadi seorang pesakitan, marilah kita berbesar hati mau dan mampu mengakui bahwa setiap kita memang dibekali talenta hati yang berbeda – beda. Kita harus berbesar hati kita Kembali ke tujuan kita menjadi seorang guru yaitu menghasilkan siswa yang mampu mandiri untuk menghadapai badai kehidupan. Bukankah koki dengan masakan yang sama bisa dengan cara memasak yang berbeda sehingga kita tidak perlu mengganggap teman sesama guru adalah pesaing kita, akan tetapi marilah kita menganggap teman kita adalah mentor atau guru kita juga dalam kita mengajar dengan hati sehingga akan tercipta suasana yang saling mendukung dan menginspirasi kita.

Dengan hari guru ini, marilah kita bersama – sama kita renungkan apakah kita telah mengajar dengan hati sehingga kita bisa memulihkan mentalitas generasi penerus bangsa ini. Karena sangat besar harapan orang tua untuk masa depan anak mereka di tangan kita. Dan besar pula tanggungjawab yang harus kita pertanggungjawabkan kepada Yang Kuasa. Smoga kita semua bisa belajar untuk mengajar dengan hati dan secara hati – hati. Selamat hari GURU. Salam hormat untuk semua guru – guru saya. Saya belajar tentang hidup dan kehidupan darimu guruku. Terimakasih

foto murid

Bagikan Artikel Ini
img-content
Erlien Lusy Wijaya

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Mengajar dengan Hati Jangan Baperan

Selasa, 30 November 2021 23:23 WIB
img-content

Hati-hati Mengajar dengan Hati

Selasa, 30 November 2021 23:22 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler